PEMAKAIAN TANDA BACA
Tanda Titik (.)
1. |
Tanda titik dipakai pada akhir
kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya: Ayahku tinggal di Solo. Biarlah mereka duduk di sana. Dia menanyakan siapa yang akan datang. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan: Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat
yang unsur akhirnya sudah bertanda titik. (Lihat juga Bab III, Huruf I.) |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya: Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A. Dia memerlukan meja, kursi, dsb. Dia mengatakan, "kaki saya sakit." |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2. |
Tanda titik dipakai di belakang
angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan: Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau
huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan
yang terakhir dalam deretan angka atau huruf. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3. |
Tanda titik dipakai untuk
memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya: pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik
atau pukul 1, 35 menit, 20 detik) |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan: Penulisan waktu dengan angka dapat mengikuti
salah satu cara berikut.
|
4. |
Tanda titik dipakai untuk
memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu. |
||||||||||||
Misalnya: 1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik) 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik) 0.0.30 jam (30 detik) |
|||||||||||||
5. |
Tanda titik dipakai dalam
daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit. |
||||||||||||
Misalnya: Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans
Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara.
Weltevreden: Balai Poestaka. |
|||||||||||||
Catatan: Urutan informasi mengenai daftar pustaka
tergantung pada lembaga yang bersangkutan. |
|||||||||||||
6. |
Tanda titik dipakai untuk
memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah. |
||||||||||||
Misalnya: Desa itu berpenduduk 24.200 orang. Siswa yang lulus masuk perguruan tinggi
negeri 12.000 orang. Penduduk Jakarta lebih dari 11.000.000 orang. |
|||||||||||||
Catatan:
|
7. |
Tanda titik dipakai pada
penulisan singkatan (Lihat Bab II, Huruf H.) |
Tanda Koma (,)
1. |
Tanda koma dipakai di antara
unsur unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. |
Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta. Surat biasa, surat kilat, ataupun surat kilat
khusus memerlukan prangko. Satu, dua, ... tiga! |
|
2. |
Tanda koma dipakai untuk
memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang
didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan,
dan kecuali. |
Misalnya: Saya akan membeli buku-buku puisi, tetapi kau
yang memilihnya. Ini bukan buku saya, melainkan buku
ayah saya. Dia senang membaca cerita pendek, sedangkan adiknya
suka membaca puisi Semua mahasiswa harus hadir, kecuali yang
tinggal di luar kota. |
|
3. |
Tanda koma dipakai untuk
memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului
induk kalimatnya. |
Misalnya: Kalau ada undangan, saya akan datang. Karena tidak congkak, dia mempunyai banyak teman. Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus
banyak membaca buku. |
|
Catatan: Tanda koma tidak dipakai untuk
memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi
induk kalimatnya. Misalnya: Saya akan datang kalau ada undangan. Dia mempunyai banyak teman karena tidak congkak. Kita harus membaca banyak buku agar memiliki
wawasan yang luas. |
|
4. |
Tanda koma dipakai di belakang
kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat,
seperti oleh karena itu, jadi, dengan
demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu. |
Misalnya: |
Anak itu rajin dan pandai. Oleh karena
itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri. Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi,
wajar kalau dia menjadi bintang pelajar Meskipun begitu, dia tidak pernah berlaku sombong kepada
siapapun. |
|
Catatan: Ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh
karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan
dengan itu, dan meskipun begitu, tidak dipakai pada awal
paragraf. |
|
5. |
Tanda koma dipakai untuk
memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh,
dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan,
seperti Bu, Dik, atau Mas dari kata
lain yang terdapat di dalam kalimat. |
Misalnya: O, begitu? Wah, bukan main! Hati hati, ya, jalannya licin. Mas, kapan pulang? Mengapa kamu diam, Dik? Kue ini enak, Bu. |
|
6. |
Tanda koma dipakai untuk
memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. (Lihat juga
pemakaian tanda petik, Bab III, Huruf J dan K.) |
Misalnya: Kata Ibu, "Saya gembira sekali." "Saya gembira sekali," kata Ibu,
"karena lulus ujian." |
|
7. |
Tanda koma tidak dipakai untuk
memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat
jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. |
Misalnya: "Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak
Guru. "Masuk ke kelas sekarang!" perintahnya. |
|
8. |
Tanda koma dipakai di antara
(a) nama dan alamat, (b) bagian bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta
(d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. |
Misalnya: Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia,
Jalan Salemba Raya 6, Jakarta Surabaya, 10 Mei 1960 Tokyo, Jepang. |
|
9. |
Tanda koma dipakai untuk
memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. |
Misalnya: Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik
Internasional. Jakarta: Restu Agung. Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa
Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa. Junus, H. Mahmud. 1973. Kamus
Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Alquran Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa
Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama |
10. |
Tanda koma dipakai di antara
bagian bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir. |
Misalnya: Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru
Bahasa Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25. Hilman, Hadikusuma, Ensiklopedi Hukum
Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12. Poerwadarminta, W.J.S. Bahasa Indonesia
untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4. |
|
11. |
Tanda koma dipakai di antara
nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari
singkatan nama diri, keluarga, atau marga. |
Misalnya: B. Ratulangi, S.E. Ny. Khadijah, M.A. Bambang Irawan, S.H. Siti Aminah, S.E., M.M. |
|
Catatan: Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti
Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung). |
|
12. |
Tanda koma dipakai di muka
angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. |
Misalnya: 12,5 m 27,3 kg Rp500,50 Rp750,00 |
|
Catatan: Bandingkan dengan penggunaan tanda titik yang
dimulai dengan angka desimal atau di antara dolar dan sen. |
|
13. |
Tanda koma dipakai untuk
mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. (Lihat juga
pemakaian tanda pisah, Bab III, Huruf F.) |
Misalnya: Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali. Di daerah kami, misalnya, masih
banyak orang laki-laki yang makan sirih. Semua siswa, baik laki-laki maupun
perempuan, mengikuti latihan paduan suara. |
|
Catatan: Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya
tidak diapit dengan tanda koma. Misalnya: Semua siswa yang lulus ujian akan
mendapat ijazah. |
|
14. |
Tanda koma dapat dipakai–untuk
menghindari salah baca/salah pengertian–di belakang keterangan yang terdapat
pada awal kalimat. |
Misalnya: Dalam pengembangan bahasa, kita dapat
memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini. Atas perhatian Saudara, kami ucapan terima kasih. |
|
Bandingkan dengan: Kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan
nusantara ini dalam |
pengembangan kosakata. Kami ucapkan terima kasih atas perhatian Saudara. |
Tanda Titik Koma (;)
1. |
Tanda titik koma dipakai
sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di
dalam kalimat majemuk setara. |
||||||||
Misalnya: Hari sudah malam; anak anak masih membaca buku
buku yang baru dibeli ayahnya. Ayah mengurus tanaman di kebun; Ibu menulis
makalah di ruang kerjanya; Adik membaca di teras depan; saya sendiri asyik
memetik gitar menyanyikan puisi-puisi penyair kesayanganku. |
|||||||||
2. |
Tanda titik koma digunakan
untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau
kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu
digunakan kata dan. |
||||||||
Misalnya: Syarat syarat penerimaan pegawai negeri sipil di
lembaga ini:
|
|||||||||
3. |
Tanda titik koma digunakan
untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap
bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung. |
||||||||
Misalnya: Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju,
celana, dan kaos; pisang, apel, dan jeruk. Agenda rapat ini meliputi pemilihan ketua,
sekretaris, dan bendahara; penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga,
dan program kerja; pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi. |
Tanda Titik Dua (:)
1. |
Tanda titik dua dipakai pada
akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian. |
||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya: Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga:
kursi, meja, dan lemari. Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang
kemerdekaan: hidup atau mati. |
|||||||||||||||||||||||||||||
Catatan: Tanda titik dua tidak dipakai
jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri
pernyataan. Misalnya: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari. Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan
Jurusan Ekonomi Perusahaan. |
|||||||||||||||||||||||||||||
2. |
Tanda titik dua dipakai sesudah
kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. |
||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
3. |
Tanda titik dua dapat dipakai
dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. |
|||||||||
Misalnya:
|
||||||||||
4. |
Tanda titik dua dipakai di
antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan ayat dalam kitab suci,
(c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit
buku acuan dalam karangan. |
|||||||||
Misalnya: Horison, XLIII, No. 8/2008: 8 Surah Yasin: 9 Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen
Nusantara Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga. Jakarta: Pusat Bahasa |
Tanda Hubung (-)
1. |
Tanda hubung menyambung
suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris. |
Misalnya: Di samping cara lama diterapkan juga ca- ra baru .... Sebagaimana kata peribahasa, tak ada ga- ding yang takretak. |
|
2. |
Tanda hubung menyambung awalan
dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang
mendahuluinya pada pergantian baris. |
Misalnya: Kini ada cara yang baru untuk meng- ukur panas. Kukuran baru ini memudahkan kita me- ngukur kelapa. Senjata ini merupakan sarana pertahan- an yang canggih. |
|
3. |
Tanda hubung digunakan untuk
menyambung unsur-unsur kata ulang. |
Misalnya: anak-anak berulang-ulang kemerah-merahan |
|
4. |
Tanda hubung digunakan untuk
menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu. |
Misalnya: 8-4-2008 p-a-n-i-t-i-a |
|
5. |
Tanda hubung boleh dipakai
untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan (b)
penghilangan bagian frasa atau kelompok kata. |
Misalnya: |
ber-evolusi dua-puluh ribuan (20 x 1.000) tanggung-jawab-dan-kesetiakawanan sosial
(tanggung jawab sosial dan kesetiakawanan sosial) Karyawan boleh mengajak anak-istri ke acara
pertemuan besok. |
|||||||||||||
Bandingkan dengan: be-revolusi dua-puluh-ribuan (1 x 20.000) tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial |
|||||||||||||
6. |
Tanda hubung dipakai untuk
merangkai:
|
||||||||||||
Misalnya: se-Indonesia peringkat ke-2 tahun 1950-an hari-H sinar-X mem-PHK-kan ciptaan-Nya atas rahmat-Mu Bandara Sukarno-Hatta alat pandang-dengar |
|||||||||||||
7. |
Tanda hubung dipakai untuk
merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. |
||||||||||||
Misalnya: di-smash di-mark-up pen-tackle-an |
Tanda Pisah (–)
1. |
Tanda pisah dipakai untuk
membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun
utama kalimat. |
Misalnya: Kemerdekaan itu—hak segala bangsa—harus
dipertahankan. Keberhasilan itu–saya yakin–dapat dicapai kalau
kita mau berusaha keras. |
|
2. |
Tanda pisah dipakai untuk
menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga
kalimat menjadi lebih jelas. |
Misalnya: Rangkaian temuan ini–evolusi, teori kenisbian,
dan kini juga pembelahan atom–telah mengubah konsepsi kita tentang alam
semesta. Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia–amanat
Sumpah Pemuda–harus terus ditingkatkan. |
|
3. |
Tanda pisah dipakai di antara
dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti 'sampai dengan' atau 'sampai
ke'. |
Misalnya: Tahun 1928–2008 Tanggal 5–10 April 2008 Jakarta–Bandung |
|||||||
Catatan:
|
Tanda Tanya (?)
1. |
Tanda tanya dipakai pada akhir
kalimat tanya. |
Misalnya: Kapan dia berangkat? Saudara tahu, bukan? |
|
2. |
Tanda tanya dipakai di dalam
tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang
kurang dapat dibuktikan kebenarannya. |
Misalnya: Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?). Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang. |
Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri
ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan
kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut ini!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Sampai hati benar dia meninggalkan
istrinya!
Merdeka!
Tanda Elipsis (...)
1. |
Tanda elipsis dipakai dalam
kalimat yang terputus-putus. |
||||
Misalnya: Kalau begitu ..., marilah kita laksanakan. Jika Saudara setuju dengan harga itu ...,
pembayarannya akan segera kami lakukan. |
|||||
2. |
Tanda elipsis dipakai untuk
menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan. |
||||
Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut. Pengetahuan dan pengalaman kita ... masih sangat
terbatas. |
|||||
Catatan:
|
|
Tanda Petik (" ")
1. |
Tanda petik dipakai untuk
mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan
tertulis lain. |
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya: Pasal 36 UUD 1945 menyatakan, "Bahasa negara
ialah bahasa Indonesia. " Ibu berkata, "Paman berangkat besok pagi.
" "Saya belum siap," kata dia,
"tunggu sebentar!" |
||||||||||||||||||||||||||||||
2. |
Tanda petik dipakai untuk
mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. |
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya: Sajak "Pahlawanku" terdapat pada
halaman 5 buku itu. Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya
Ungkap Bahasa Indonesia" dalam buku Bahasa Indonesia Menuju
Masyarakat Madani. Bacalah "Penggunaan Tanda Baca" dalam
buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. "Makalah "Pembentukan
Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta seminar. |
||||||||||||||||||||||||||||||
3. |
Tanda petik dipakai untuk
mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti
khusus. |
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya: Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba
dan ralat" saja. Dia bercelana panjang yang di kalangan remaja
dikenal dengan nama "cutbrai". |
||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
|
Tanda Petik Tunggal (' ')
1. |
Tanda petik tunggal dipakai
untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain. |
||||||||
Misalnya: Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring kring'
tadi?" "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak
anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak
Hamdan. |
|||||||||
2. |
Tanda petik tunggal dipakai
untuk mengapit makna kata atau ungkapan. |
||||||||
Misalnya:
|
|||||||||
3. |
Tanda petik tunggal dipakai
untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing
(Lihat pemakaian tanda kurung, Bab III, Huruf M) |
||||||||
Misalnya:
|
Tanda Kurung (( ))
1. |
Tanda kurung dipakai untuk
mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. |
Misalnya: Anak itu tidak memiliki KTP (kartu tanda
penduduk). Dia tidak membawa SIM (surat izin mengemudi). |
|
Catatan: Dalam penulisan didahulukan bentuk lengkap
setelah itu bentuk singkatnya. |
|
Misalnya: Saya sedang mengurus perpanjangan kartu tanda
penduduk (KTP). KTP itu merupakan tanda pengenal dalam berbagai keperluan. |
|
2. |
Tanda kurung dipakai untuk
mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat. |
Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud"
(nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962. Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus
perkembangan baru pasar dalam negeri. |
|
3. |
Tanda kurung dipakai untuk
mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan. |
Misalnya: Kata cocaine diserap ke dalam
bahasa Indonesia menjadi kokain(a). Pejalan kaki itu berasal dari (Kota) Surabaya. |
|
4. |
Tanda kurung dipakai untuk
mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan keterangan. |
Misalnya: Faktor produksi menyangkut masalah (a) bahan
baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja. |
Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan
melampirkan (1) akta kelahiran, (2) ijazah terakhir, dan (3) surat keterangan
kesehatan. |
|||||||||||||
Catatan: Tanda kurung tunggal dapat dipakai untuk
mengiringi angka atau huruf yang menyatakan perincian yang disusun ke bawah. |
|||||||||||||
Misalnya: Kemarin kakak saya membeli
Dia senang dengan mata pelajaran
|
Tanda Kurung Siku ([ ])
1. |
Tanda kurung siku dipakai untuk
mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada
kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan
bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli. |
Misalnya: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik. Ia memberikan uang [kepada] anaknya. Ulang tahun [hari kemerdekaan] Republik Indonesia
jatuh pada hari Selasa. |
|
2. |
Tanda kurung siku dipakai untuk
mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. |
Misalnya: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya
dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di
sini. |
Tanda Garis Miring (/)
1. |
Tanda garis miring dipakai di
dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang
terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran. |
||||||
Misalnya: No. 7/PK/2008 Jalan Kramat III/10 tahun ajaran 2008/2009 |
|||||||
2. |
Tanda garis miring dipakai
sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun. |
||||||
Misalnya:
|
|||||||
Catatan: Tanda garis miring ganda (//) dapat digunakan
untuk membatasi penggalan-penggalan dalam kalimat untuk memudahkan pembacaan
naskah. |
Tanda Penyingkat atau Apostrof (')
Tanda penyingkat menunjukkan
penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Dia 'kan sudah kusurati. |
('kan =
bukan) |
||
Malam 'lah tiba. |
('lah =
telah) |
||
1 Januari '08 |
('08 =
1988) |
|
INDEX
- Pedoman Umum EYD
- Pemakaian Huruf
- Penulisan Kata
- Pemakaian Tanda Baca
- Penulisan Unsur Serapan
- Pedoman Umum Pembentukan Istilah
- Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) 2022 (versi saat ini)
Posting Komentar untuk "Pemakaian Tanda Baca"
Silahkan memberi komentar yang positif dan membangun. Terima kasih!