FUNGSI PARAGRAF DALAM KARYA ILMIAH
Oleh
Om Dompet
Pendahuluan
Bagi
sebagian orang, embuat sebuah karya dalam bentuk tulisan merupakan pekerjaan
yang tidak mudah, karena untuk menuangkan suatu ide, gagasan, isi pikiran
melalui bahasa tulis tidak semudah melalui bahasa lisan. Menurut Sabarti
Akhadiah, dkk, menuangkan buah pikiran secara teratur dan terorganisasi ke
dalam sebuah tulisan sehingga pembaca dapat mengikuti dan memahami jalan
pikiran seseorang, tidaklah mudah. Banyak orang yang fasih berbicara, namun
kurang mampu menuangkan gagasannya dengan baik[1]
Hal
tersebut mengindikasikan bahwa suatu hasil buah pikiran yang dituangkan secara
tertulis memang bukan pekerjaan mudah, oleh karenanya untuk membuat sebuah
karya tertulis yang merupakan buah pikiran seseorang membutuhkan ketrampilan
yang tidak sedikit selain pengalaman dalam membuat ataupun menuangkan isi
pikiran secara tertulis dalam bentuk tulisan dan karya tertulis. Membuat sebuah
karya ilmiah tidak semudah membuat suatu karya yang berbentuk sastra. Ada
banyak kriteria dalam komponen sebuah karya ilmiah yang perlu dipenuhi, seperti
teknik-teknik penulisan, penggunaan bahasa yang baku dan benar, materi karya
ilmiah yang objektif sesuai dengan fakta dan data yang ada, membutuhkan waktu
yang tidak sebentar, dan banyak hal lain yang tentunya menjadi perhatian
penting dalam sebuah penulisan suatu karya ilmiah. Karena itulah, mengerti dan
memahami pola penulisan sebuah karya ilmiah merupakan hal pokok yang harus
dilakukan oleh seorang penulis yang hendak membuat suatu karya ilmiah.
Penulisan
sebuah karya ilmiah memerlukan banyak hal yang harus diketahui oleh seorang
penulis yang akan membuat sebuah karya ilmiah. Dalam perencanaandiperlukan
sebuah data yang akurat yang sesuai di lapangan dengan merujuk konsep dan
teori-teori yang telah diakui. Pada proses penyusunannya, karya ilmiah
memerlukan adanya sebuah fakta dan data yang telah didapat di lapangan pada
proses observasi dan disesuaikan dengan kajian teori yang relevan dan mendukung
proses pelaksanaan ada. Pada akhirnya, proses penulisan karya ilmiah dilakukan
dan diselesaikan, tentunya tidak begitu saja suatu karya ilmiah yang dibuat
tanpa didukung oleh sumber-sumber data yang valid dan hasil di lapangan
sebagaimana fakta yang ditemukan.
Pentingnya
mengerti dan memahami penyusunan dan penulisan suatu karya ilmiah menuntut kita
untuk lebih jeli dan kritis dalam menulis dan membaca suatu karya ilmiah,
sebagaimana dijelaskan di depan. Salah satu kaidah yang perlu diketahui dan
dipahami dalam membuat suatu karya ilmiah adalah pola penggunaan dan penyusunan
paragraf. Dalam sebuah karya ilmiah, penggunaan dan penyusunan suatu paragraf
mempunyai beberapa kriteria yang baku dalam karya ilmiah.
Kadangkala
tidak sedikit kita temukan dalam sebuah paragraf pada karya ilmiah yang
terdapat di banyak media seperti internet bila dicermati masih banyak dan belum
memenuhi kriteria sebuah paragraf dalam karya ilmiah. Hal inilah yang perlu
dicermati, walaupun terlihat sepele namun dengan memperhatikan satu aspek yaitu
paragraf akan memudahkan penulis dalam membuat dan menyusun serta menulis
sebuah karya ilmiah yang harus diselesaikan.
Sebuah
paragraf yang baik merupakan suatu satuan yang tersusun secara terperinci dan
terpadu di mana pemaparan materi yang dituangkan dalam sebuah paragraf terdapat
inti permasalahan yang dibicarakan. Keterkaitan antar kalimat dalam paragraf
juga perlu diperhatikan sehingga penggunaan dan pemilihan bahasa dan kata
maupun kalimat tidak sia-sia yang akhirnya tidak keluar atau melebar dari pokok
permasalahan yang menjadi bahan pembicaraan pada suatu paragraf yang konsisten
dan terpadu.
Berdasarkan
uraian di atas dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah yang perlu dibahas,
antara lain: (a) Apa yang dimaksud dengan paragraf?;
(b) Apa saja jenis paragraf yang perlu diketahui dalam kaitannya dengan
penyusunan sebuah karya ilmiah?; (c) Apa saja karakteristik sebuah paragraf
dalam karya ilmiah?; (d) Bagaimana kriteria paragraf yang baik?.
Adapun tujuan penulisan resume
sederhana ini tentang “Fungsi Paragraf dalam Karya Ilmiah”, disusun dan ditulis
untuk memenuhi salah satu pada mata kuliah “Bahasa Indonesia pada semester III
STMIK AUB Surakarta”, yang mana hasil penyusunan dan penulisan makalah sebagai
referensi tambahan pada proses perkuliahan. Ditulis dan disusunnya resume ini
juga bertujuan untuk memberikan gambaran ringkas sebuah paragraf dalam tulisan
ilmiah yang merupakan bagian dalam sebuah karya ilmiah, yang mana kaidah
penyusunan paragraf sangat penting untuk memudahkan dan menyempurnakan sebuah
karya ilmiah kaitannya dengan teknik-teknik penulisan karya ilmiah.
Pembahasan
Pengertian Paragraf
Sebuah paragraf (dari bahasa Yunani paragraphos, "menulis di
samping" atau "tertulis di samping") adalah suatu jenis tulisan yang
memiliki tujuan atau ide.
Awal paragraf ditandai dengan masuknya ke baris baru. Terkadang baris pertama
dimasukkan; kadang-kadang dimasukkan tanpa memulai baris baru. Dalam beberapa
hal awal paragraf telah ditandai oleh pilcrow (¶).
Sebuah paragraf biasanya terdiri
dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan kalimat pendukung.
Paragraf non-fiksi biasanya dimulai dengan umum dan bergerak lebih spesifik
sehingga dapat memunculkan argumen atau sudut pandang. Setiap paragraf berawal
dari apa yang datang sebelumnya dan berhenti untuk dilanjutkan. Paragraf
umumnya terdiri dari tiga hingga tujuh kalimat semuanya tergabung dalam
pernyataan berparagraf tunggal. Dalam fiksi prosa, contohnya;
tapi hal ini umum bila paragraf prosa terjadi di tengah atau di akhir. Sebuah
paragraf dapat sependek satu kata atau berhalaman-halaman, dan dapat terdiri
dari satu atau banyak kalimat. Ketika dialog dikutip dalam fiksi, paragraf baru
digunakan setiap kali orang yang dikutip berganti.[2]
Paragraf merupakan kumpulan sebuah kalimat yang disusun secara runtut
dan terperinci sehingga terbentuklah sebuah susunan yang dikenal dengan satu
istilah yaitu paragraf. Pengertian yang berkaitan dengan paragraf sangat
banyak, dijelaskan dalam kamus besar bahasa Indonesia tentang pengertian
paragraf yaitu bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu ide
pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru.[3]
Apabila dipaparkan secara sistematis maka suatu karangan secara umum
merupakan kumpulan dari bab per bab, dalam tiap bab tersebut terdapat beberapa
paragraf yang disusun secara sistematis dan konsisten, pada paragraf terdapat
kumpulan kalimat-kalimat sebagai pengembangan dari pemaparan satu buah
paragraf, dan dalam kalimat tersebut terdapat kumpulan kata-kata yang membangun
unsur sebuah kalimat yang efektif dan memenuhi kriteria dalam sebuah kalimat
pada tulisan ilmiah. Paragraf juga dapat dikatakan karangan yang paling pendek
(singkat). Dengan adanya paragraf kita dapat membedakan di mana suatu ide mulai
dan berakhir.
Dalam bukunya Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan
memberikan definisi tentang paragraf yaitu; Paragraf merupakan inti penuangan
buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf ini terkandung satu unit
buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai
dari kalimat pengenal, kalimat utama, atau kalimat topik, kalimat-kalimat
penjelas sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian
dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.[4]
Dapat diartikan bahwa paragraf merupakan suatu hasil pemikiran yang
mana dalam paragraf tersebut terdapat inti maupun pokok permasalahan yang
menjadi satu hal yang perlu dijelaskan atau dipaparkan sehingga dapat sebuah
paragraf terdapat beberapa kalimat yang membangun unsur paragraf.
Kalimat-kalimat penjelas/pengiring bertujuan untuk menerangkan dan
mengembangkan kalimat pokok yang menjadi fokus pembicaraan sehingga isi dalam
paragraf tersebut dapat dipaparkan secara luas dan terpadu namun tidak
keluar/keluar bahkan menyimpang dari pokok pembicaraan dalam paragraf tersebut.
Secara umum definisi paragraf dapat dijabarkan bahwa paragraf merupakan
sekumpulan kalimat yang saling terkait satu kalimat dengan lainnya,
paragraf merupakan bagian dari suatu bab yang tersusun secara runtut dan
terpadu, pada umumnya sebuah paragraf ditandai dengan penulisan pada baris baru
dengan penulisan awal hurufnya mengarah ke dalam, dalam sebuah paragraf
terdapat kalimat pembuka, kalimat inti, dan kalimat penutup. Adapun dalam
sebuah penyusunan paragraf tidak dibenarkan membicarakan/membahas materi yang
berseberangan dengan fikus materi yang dibicarakan dalam satu paragraf karena
sebuah paragraf merupakan satu kesatuan utuh sebuah pemaparan permasalahan atau
materi yang utuh dan terpadu.
Jenis-jenis Paragraf
Berdasarkan fungsinya, paragraf dapat
dibedakan menjadi lima, yaitu:
a. Eksposisi (Berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi
informasi)
Contoh:
Para pedagang daging sapi di pasar-pasar
tradisional mengeluhkan dampak pemberitaan mengenai impor daging ilegal. Sebab,
hampir seminggu terakhir mereka kehilangan pembeli sampai 70 persen.
Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan telur kini melejit sehingga
harganya meningkat.
b.
Argumentasi
(Bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat /
kesimpulan dengan data/ fakta konsep sebagai alasan/ bukti)
Contoh:
Sebagian anak Indonesia belum dapat
menikmati kebahagiaan masa kecilnya. Pernyataan demikian pernah dikemukakan
oleh seorang pakar psikologi pendidikan Sukarton (1992) bahwa anak kecil di
bawah umur 15 tahun sudah banyak yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh
orang tuanya. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya anak kecil yang mengamen
atau mengemis di perempatan jalan atau mengais kotak sampah di TPA, kemudian
hasilnya diserahkan kepada orang tuanya untuk menopang kehidupan keluarga.
c.
Deskripsi (Berisi gambaran mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca
seolah-olah melihat, merasa atau mendengar hal tersebut.)
Contoh:
Gadis itu menatap Doni dengan seksama. Hati Doni semakin
gencar memuji gadis yang mempesona di hadapanya. Ya, karena memang gadis
didepannya itu sangat cantik. Rambutnya hitam lurus hingga melewati garis
pinggang. Matanya bersinar lembut dan begitu dalam, memberikan pijar
mengesankan yang misterius. Ditambah kulitnya yang bersih, dagu lancip yang
menawan,serta bibir berbelah, dia sungguh tampak sempurna.
d.
Persuasi (Karangan ini bertujuan mempengaruhi emosi pembaca agar berbuat sesuatu.
Contoh:
Dalam diri setiap bangsa Indonesia
harus tertanam nilai cinta terhadap sesama manusia sebagai cerminan rasa
kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah mengakui dan
memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya, mengembangkan sikap
tenggang rasa dan nilai-nilai kemanusiaan, mengembangkan sikap tolong-menolong
dan saling mencintai. Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh
suasana kemanusian dan saling mencintai.
e.
Narasi (Karangan ini berisi rangkaian peristiwa yang susul-menyusul, sehingga
membentuk alur cerita. Karangan jenis ini sebagian besar berdasarkan imajinasi.)
Contoh:
Jam istirahat. Roy tengah menulis
sesuatu di buku agenda sambil menikmati bekal dari rumah. Sesekali kepalanya
menengadah ke langit-langit perpustakaan, mengernyitakan kening,tersenyum dan
kembali menulis. Asyik sekali,seakan diruang perpustakaan hanya ada dia.
Berdasarkan tujuannya, paragraf dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a.
Paragraf
pembuka
Paragraf pembuka biasanya memiliki sifat ringkas menarik, dan bertugas
menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan. Dalam karangan
ilmiah, paragraf pembuka dapat berupa: (1) garis besar karangan dengan
menonjolkan bagian yang dipandang penting; (2) pemaparan isi dan maksud judul
karangan; (3) kutipan pendapat pakar pada bidang ilmu yang bersangkutan; (4) sitiran
dari suatu pendapat; (5) pembatasan objek dan subjeknya; (6) pemaparan arti
penting masalah yang akan dibicarakan; (7) gabungan dari beberapa cara di atas.
Contoh :
Jacques Cousteau lahir pada tanggal 11 Juni 1910 di St. Andre de
Cubzac, Prancis. Sejak usia 4-5 tahun, ia sudah jatuh cinta pada air. Cousteau
pandai berenang dan menyelam gara-gar waktu berusia 10 tahun dikirim kesekolah
musim panas di Danau harvey, AS. Oarng tuanya ketika itu tinggal di sana.
Seorang gurunya agak sentimaen kepadanya. Boetz sering menghukumnya
membersihkan dasar danau yang penuh ranting dan pohon kering. Kalau tidak
dibersihkan, anak-anak yang terjun bisa celaka. Inilah asal mulanya ia semakain
pandai berenang dan menyelam.
b.
Paragraf
penghubung
Paragraf penghubung berisi inti masalah yang hendak disampaikan kepada
pembaca. Secara fisik, paragraf ini lebih panjang dari pada paragraf pembuka.
Ada beberapa pola penyusunan kalimat-kalimat yang menjadi sebuah paragraf isi
yang dapat dijadikan pedoman, yaitu :
1.
Pola
Urutan Waktu
Dalam pola urutan waktu, penulis mengungkapkan gagasan-gagasannya
secara kronologis.
Contoh:
(a)
Secara
Eksplisit
Maharani Puspita Sari tidak hanya
berfikir. Ia lantas mendiskusikan dengan guru atau teman-temannya. Selanjutnya,
ia pun mengadakan penelitian masalah kondisi tanah di sekitar jalan tol.
Akhirnya, remaja putri itu tercatat sebagai peseta lomba Karya Ilmu Pengetahuan
Remaja 1982. dan siswa kelas II IPA SMA Regina Pacis (Bogor) itu tercatat
sebagai pemenang harapan.
(b)
Secara Implisit.
Ketukan tangan kecil di daun pintu
sebuah rumah di pulau Mandangin, di malam buta pertengahan Februari yang lalu
membangunkan penghuninya. Seorang bocah berseru dari luar memberi tahu, saat
berangkat sudah tiba. Yang dipanggil bangkit dari tidurnya, berkemas, dan turun
ke pantai. Si bocah yang di pulau itu disebut kacong, berlalu kerumah lain
untuk membangunkan yang lain pula, dan beberapa waktu kemudian sebuah perahu
dengan 18 awak meluncur ke tengah laut. Nelayan pulau Mandangin turun mencari
ikan. Besuk siang mungkin merekakembali ke darat dengan tangkapan yang lumayan,
tetapi boleh jadi pula ia pulang dengan hasil yang nihil. Malam itu adalah
melam mencari nafkah. Hari itu janji batas hutang yang ditumpuk sampai ratusan
ribu rupiah untuk setiap orang tengah ditunaikan.
2.
Pola
Runtutan Tingkat
Dalam pola urutan tingkat, penulis mengungkapkan gagasan mulai dari
tingkat terendah sampai dengan yang tertinggi, dari kecil sampai dengan yang besar,
dan sebagainya.
Contoh :
Meskipun tingkat
pembangunan suatu desa berbeda dari satu desa ke desa lainnya, dari satu negara
ke negara lainnya, akn tetapi ada suatu persamaan umum yang dapat diterima.
Pertama, pembangunan diharapkan dapat memenuhi harapan semua penduduk … kedua,
pembangunan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akan pendidikan, dan pendapatan
penduduk desa. Ketiga, dengan pembangunan desa diharapkan pendapatan penduduk
dapat menjadi kekuatan penggerak utama di dalam berbagai bentuk yang positif,
keempat, pembangunan desa diharapkan pula dapat menjamin keselamatan atau
jaminan dimasa mendatang. Kelima, pembangunan desa diharapkan membuka kesempatn
memajukan karir masing-masing warga desa.
3.
Pola
Urutan Apresiatif
Mengungkapkan gagasannya berdasarkan, baik buruk, untung rugi, salah
benar, berguna tidak berguna, dan sebagainya.
Contoh :
Pernyataan bahwa business adalah
unsur dari peternakan sering ditentang oleh banyak orang. Mereka berpendapat
bahwa dalam pertanian yang subsistence ataupun yang primitif beternak bukanlah
suatu business tetapi, suatu cara hidup, suatu way of life. Pandangan ini bukan
sering dikemukakan dengan tandas oleh banyak pejabat yang bertanggung jawab
atasa produksi pertanian. Mungkin benar bahwa fungsi farming is way of life,
sebab produksi dicampur aduk dengan konsumsi.,sebab usaha pertaniannya
dipaterikan dengan kepuasan hidup dalam masyarakat taninya. Tetapi haruslah
disadari pula pula selama tersangkut soal produksi, dan itulah business. Untuk
menerangkan hal ini baiklah diteliti keadaan petani-peternak yang telah maju
yang telah mengubah cara ‘primitif’ dengan cara ‘modern’. Petani-peternak
terlibat dan makin lama makin terlibat dalam usaha jual dan beli. Menjual
hasilnya yang berlebihan dan membeli alat-alat, serta bahan- bahan yang
diperlukan untuk produksi. Bahkan dalam keadaan subsistence, petani yang maju
tadi berpikir seperti pengusaha, sebagai businessmen, dan selalu bertindak
secara itu.
4.
Pola
Urutan Tempat
Dalam pola urutan tempat, penulis mengungkapkan gagasannya mulai dari
suatu tempat ketempat lainnya, misalnya dari atas ke bawah, dari dalam ke luar,
dari kiri ke kanan, dan sebagainya. Urutan demikian dapat dikombinasikan dengan
urutan berdasarkan tingkat pentingnya suatu tempat, dari tempat yang terpenting
ke tempat yang penting sampai tempat yang kurang penting.
Contoh :
Sebelum perahu bertolak ke
tengah laut, Suhardi disibukkan oleh tugas membenahi semua perlengkapan. Ketika
sudah sampai tempat yang dituju, jaring telah ditebarkan, anak laki-laki
sembilan tahun ini meloncat ke air bersama sepotong bambu sepanjang tiga meter
sebagai pelampung. Dia mencebur ke air waktu malam hari sekali pun. Tugasnya
saat ini adalah membetulkan jaring, atau menjaganya jangan tersangkut di dalam
air. Untuk itu, dia mengapung di laut selama satu setengah atau dua jam. Dan
kembali ke perahu berbarengan dengan naiknya jaring.
5.
Pola
Urutan Klimaks
Pola urutan klimaks ini hampir sama dengan pola urutan tingkat. Hanya
saja, dalam pola urutan klimaks ini terkandung adanya intensitas yang semakin
menaik, sedangkan dalam pola urutan tingkat tidak begitu ditonjolkan jadi,
dalam pola urutan klimaks, penulis mengungkapkan gagasannya dengan urutan yang
setiap kali semakin meningkat intensitasnya, dan berakhir pada gagasan yang paling
intens.
Contoh :
Dalam film terlihat seekor kera yang
semula lincah akhirnya lumpuh, dan buta setelah dicekoki obat mencret Entro
Vioform, 6 butir setiap hari selama 2 minggu. Hadirin menarik nafas. Tetapi
suasana menekan perasaan justru tambah menjadi-jadi setelah film berakhir, dan
lampu dinyalakan diruang Press Club.
6.
Pola
Urutan Antikimaks
Pola urutan antiklimaks ini
merupakan kebalikan dari pola urutan klimaks. Jadi, pola urutan antiklimaks ini
berangkat dari suatu yang paling intens menuju ke yang intens sampai ke yang
kurang intens. Dalam cerita rekaan (novel, cerpen, drama), klimaks dan
antiklimaks, dan setelah sampai pada puncaknya menuju ke antiklimaksnya yang
berupa penyelesaian.
7.
Pola
Urutan Khusus Umum
Dalam pola urutan khusus ke umum
ini, penulis mula-mula mengungkapkankan gagasan-gagasan suatu hal yang khusus,
kemudian diungkapkan keumuman atau rampatan generalisasinya.
Contoh :
Manusia adalah makhluk
yang sedikit empedunya, dan panjang umurnya. Kuda juga sedikit empedunya.
Demikian juga keledai, dan binatang-binatang lainnya yang serupa itu. Jadi,
semua makhluk yang sedikit empedunya berumur panjang.
8.
Pola
Urutan Sebab – Akibat
Dalam pola urutan ini, penulis mengungkapkan gagasannya bertolak dari
suatu akibat atau efek terdekat dari pernyataan itu.
Contoh :
Kalau kemarau tengah berlangsung, sinar matahari terasa menyengat di
Pulau Kambing. Selama empat bulan semua tumbuh-tumbuhan di pulau itu merangas.
Angin meniup daun-daunnya yang kering hingga rontok ke bumi. Dari kejauhan yang
kelihatan hanya rumah penduduk. Pada saat itu, orang berpunya yang mampu
membuat bak mandi dari semen mungkin masih menyimpan persediaan air hujan.
Beberapa penduduk datang ke sana sebagai pembeli. Lima ratus empat puluh tiga
sumur yang ada disana mengeluarkan air yang asinnya persis seperti air laut.
Air itu tak dapat diminum, ataupun digunakan untuk menanak nasi.
9.
Pola Urutan Tanya
– Jawab
Dalam pola urutan tanya- jawab ini,
penulis mula-mula mengemukakan gagasannya dalam bentuk pertanyaan, kemudian
diikuti dengan jawaban pertanyaan itu.
Contoh :
Apa saja yang penting untuk diperhatikan oleh seorang pemimpin diskusi
agar diskusinya dapat mencapai sasaran? Sesorang pemimpin diskusi hendaknya
tidak mendominasi jalannya diskusi. Dia bertanggung jawab mengatur agar diskusi
berjalan lancar menurut arah yang dikenhendakai pokok persoalan bersama, dan
harus menstimulir anggota diskusi untuk berpartisipasi, serta menjuruskan
kearah pemikiran. Dia pun harus mencegahadanya monopoli pembicaraan oleh
seorang peserta saja, dan kalau ada salah paham atau perbedaan pendapat harus
mengusahakan penyelesaiannya. Pada akhir diskusi, pemimpin diskusi harus
membuat ringkasan, kesimpulan atau hasil diskusi.
c.
Paragraf
penutup
Paragraf penutup biasanya berisi simpulan (untuk argumentasi) atau
penegasan kembali (untuk eksposisi) mengenai hal-hal yang dianggap penting.
Contoh alinea penutup yang berupa kesimpulan :
Media cetak tergolong tertua kehadirannya di Indonesia dibandingkan
dengan jenis media lainya (radio, film, dan tv), seorang pembaca surat biasanya
adalah pendengar radio,dan penonton tv. Dengan demikian, media cetak mempunyai
peranan yang yang khas dalam penyampaian informasi. Bukan saja untuk
menghidupkan tradisi menulis, dan minat baca masyarakat, tetapi ia metupakan
bagian terpenting dalam penciptaan suasana kemasyarakatan yang dinamis, dan
harmonis dari keseluruhan sistem media komunikasi modern, baik diaderah
pedesaan, dan terlebih-lebih lagi di daerah perkotaan.
Contoh alinea penutup yang berupa ringkasan :
Beberapa hal yang dapat diringkaskan dari pengamatan di atas. Pertama,
terdapat gejala rendahnya mutu murid SD di seluruh Indonesia,yaitu murid SD
tidak hanya mampu mencapai 50 % standar pengetahuan yang diharapkan dapat
dicapai oleh mereka. Kedua, daerah-daerah dengan mutu murid SD yang lebih
tinggi daripada rata-rata nasional terletak di Indonesia bagian barat. Ketiga,
ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang paling parah diderita oleh semua murid
SD, sedang matematika mrupakan ilmu pengetahuan yang paling kaut mereka miliki.
Keempat, rendahnya mutu murid SD terjadi dalam jumlah murid yang naik dengan
deras.
Contoh alinea penutup yang berupa penekanan kembali hal-hal yang
penting :
Harus diakui bahwa ketegasan di dalam menghadapi dan memecahkan secara
tepat persoalan yang menyangkut Pancasila itu merupakan faktor penting yang
memungkinkan terwujudnya stabilitas dan pembangunan nasional. Kejadian sejarah
yang penuh ujian bagi Pancasila kiranya akan membawa bangsa ini kedalam tataran
yang lebih dalam, dan lebih penting yaitu pengalaman, dan penghayatan Pancasila
secara lebih mantap lagi. Sesudah stabilitas nasional dapat diwujudkan, dan di
dalam dasar itu eksistensi bangsa dan negara ini mempunyai landasan yang sangat
kuat, yaitu Pancasila maksud dalam sikap dan hati nurani manusia-manusia
Indonesia.
Contoh alinea penutup yang berupa saran
Demikianlah peta bumi KMD. Jangkauan KMD sangat luas, meluputi sebagian
besar rakya Indonesia. Pemerintah dalam hal ini hanya sekedar memberi dorongan
pada pertumbuhan dan perkambangan pers nasional, khususnya yang terbit di
daerah-daerah. Selanjutnya para penerbit pers itu sendirilah yang harus bekerja
keras: menyusuri pantai,dan sungai-sungai, memasuki hutan-hutan, ngarai, dan
daerah-daerah pegunungan untukmmencapai masyarakat pedesaan yang menjadi
sasaran KMD.
Contoh alinea penutup yang berupa harapan :
Mudah-mudahan pedoman ini bermanfaat bagi usaha peningkatan sutau
laporan hasil penelitian, dan peningkatan koefisienan, serta keefektifan
pengelolaan penelitian bahasa, dan sastra. Dan untuk lebih dapat mewujudkan
harapan ini, segera kritik, dan saran para pemakai buku ini akan dimanfaatkan.
Berdasarkan letak kalimat utamanya, paragraf
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a.
Paragraf
deduktif
Ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal paragraf dan dimulai
dengan pernyataan umum yang disusun dengan uraian atau penjelasan khusus.
Contoh :
Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya, sudah
diputuskan bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati
hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya untuk membuka usaha
baru.
b.
Paragraf
induktif
Ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di akhir paragraf dan diawali
dengan uraian atau penjelasan bersifat khusus dan diakhiri dengan pernyataan
umum.
Contoh :
Semua orang menyadari bahwa bahasa merupakan sarana pengembangan
budaya. Tanpa bahasa, sendi-sendi kehidupan akan lemah. Komunikasi tidak
lancer. Informasi tersendat-sendat. Memang bahasa merupakan alat komunikasi
yang penting, efektif dan efisien.
c.
Paragraf
campuran
Ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal dan akhir paragraf.
Kalimat utama yang terletak diakhir merupakan kalimat yang bersifat penegasan
kembali.
Contoh :
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat dilepaskan dari
komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana
komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang modern.
Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bisa maju seperti sekarang ini
tanpa adanya sarana komunikasi.
Berdasarkan isinya, paragraf dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
a.
Paragraf
deskripsi
Ditandai dengan kalimat utama yang tidak tercantum secara nyata dan
tema paragraf tersirat dalam keseluruhan paragraf. Biasanya dipakai untuk
melakukan sesuatu, hal, keadaan, situasi dalam cerita.
Contoh :
Dari balik tirai hujan sore hari, pohon-pohon kelapa di seberang lembah
itu seperti perawan mandi basah, segar penuh gairah dan daya hidup.
Pelepah-pelepah yang kuyup adalah rambut basah yang tergerai dan jatuh di
belahan punggung. Batang-batang yang ramping dan meliuk-liuk oleh hembusan
angin seperti tubuh semampai yang melenggang tenang dan penuh pesona.
b.
Paragraf
proses
Ditandai dengan tidak terdapatnya kalimat utama dan pikiran utamanya
tersirat dalam kalimat-kalimat penjelas yang memaparkan urutan suatu kejadian
atau proses, meliputi waktu, ruang, klimaks dan antiklimaks.
c.
Paragraf
efektif
Adalah paragraf yang memenuhi ciri paragraf yang baik. Terdiri atas
satu pikiran utama dan lebih dari satu pikiran penjelas. Tidak boleh ada
kalimat sumbang, harus ada koherensi antar kalimat.
Kriteria Paragraf yang Baik
Untuk membuat sebuah paragraf yang baik dan benar menurut ketentuan dan
kaidah-kaidah yang berlaku perlu diketahui tiga komponen yang disyaratkan
sebagai sebuah paragraf yang baik dan benar. Syarat pembentukan paragraf
dimaksud menurut Sabarti Akhadiah, et. al. terdapat tiga unsur yaitu kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan.[5]
a.
Kesatuan (Kohesi)
Tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik.
Fungsi paragraf ialah mengembangkan topik tersebut. Oleh sebab itu, dalam
pengembangannya tidak boleh terdapat unsur- unsur yang sama sekali tidak
berhubungan dengan topik. Paragraf dianggap mempunyai kesatuan, jika
kalimat-kalimat dalam paragraf itu tidak terlepas dari topiknya atau selalu
relevan dengan topiknya. Semua kalimat terfokus pada topik dan mencegah
masuknya hal-hal yang tidak relevan[6]
b.
Kepaduan (Koherensi)
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf ialah koherensi atau kepaduan. Urutan pikiran yang teratur, akan memperlihatkan
kepaduan. Jadi, kepaduan/koherensi dititikberatkan pada hubungan antar kalimat
dengan kalimat.[7]
Kepaduan paragraf dapat terlihat melalui penyusunan kalimat secara logis dan
melalui ungkapan-ungkapan (kata-kata) pengait antar kalimat.[8]
Urutan yang logis tersebut akan terlihat pada pola susunan antar kalimat yang
terdapat pada paragraf tersebut.
Kepaduan dalam sebuah paragraf dibangun dengan memperhatikantiga hal,
antara lain; pertama, unsur kebahasaan yang digambarkan antara lain dengan; (1)
repetisi atau pengulangan kata kunci, kata ganti, (2) kata transisi atau
ungkapan penghubung, (3) paralelisme, (4) pemerincian dan urutan isi paragraf.
Kedua, perincian dapat diurutkan secara kronologis (menurut urutan waktu),
secara logis (sebab–akibat , akibat-sebab, khusus-umum, umum-khusus), menurut
urutan ruang (spasial), menurut proses, dan dapat juga dari sudut pandangan
yang satu ke sudut pandangan yang lain
c.
Kelengkapan
Suatu paragraf dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-kalimat penjelas
yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama.
Sebaliknya suatu paragraf dikatakan tidak lengkap, jika tidak dikembangkan atau
hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan.
Kesimpulan
Paragraf merupakan suatu bagian dari sebuah bab yang berisi
kalimat-kalimat di mana antar kalimat tersebut memiliki satu unsur keteraturan,
kesesuaian, dan kesamaan konsep, materi, dan permasalahan yang dibahas dalam
paragraf tersebut. Tidak jarang pada sebuah penulisan suatu karya ilmiah dalam
paragraf masih terdapat ketidaksesuaian antara kalimat satu dengan kalimat
lainnya yang pada akhirnya hanya untuk menambah atau mencukupi materi secara
kuantitatif (bukan dari kualitas isi karya ilmiah tersebut) sehingga pembahasan
materi yang dipaparkan menjadi melebar bahkan tidak sinkron dengan materi pokok
yang seharusnya menjadi pokok pemaparan.
Penggunaan paragraf setidaknya dapat mempermudah seorang penulis dalam
membuat suatu karya ilmiah baik dalam bentuk sederhana maupun kompleks agar
pembahasan suatu pokok permasalahan tidak keluar dari topik yang telah
ditentukan sebelumnya. Dengan adanya paragraf, penulis akan lebih mudah
mengkategorikan pokok materi yang akan menjadi pokok pembicaraan pada
pemaparan yang dituangkan dalam bentuk paragraf tersebut.
Dalam sebuah paragraf setidaknya terdapat konsistensi pembahasan
masalah (topik pembicaraan), dan keterkaitan antar paragraf secara terpadu dan
efisien sehingga menghindari adanya materi yang inkonsistensi
yang pada akhirnya akan membingungkan pembaca dalam memahami maksud
tulisan dalam karya ilmiah tersebut.
Penyusunan dan penulisan suatu karya ilmiah dengan memperhatikan pola
pengembangan paragraf akan lebih mudah jika hal ini diperhatikan dan terus
dilakukan dalam hal apapun, dengan kata lain sesering mungkin seseorang
menyusun dan menulis (tentunya dengan memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku
sehubungan dengan paragraf tersebut) suatu karya ilmiah maka akan lebih mudah
seseorang tersebut mengerti dan memahami teknik-teknik dan pola penulisan yang
baik dan benar sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya.
Saran
Dengan dipelajarinya definisi, bagian-bagian, karakteristik, dan
kriteris sebuah paragraf yang ideal, maka diharapkan akan lebih memudahkan bagi
penulis yang hendak menyusun dan menulis sebuah karya yang berbentuk ilmiah.
Dapat diakui bahwa menyusun dan menulis suatu karya ilmiah tidak semudah
menyusun dan menulis sebuah karya sastra. Menyusun sebuah karya ilmiah
membutuhkan waktu, tenaga, dan pikiran yang tidak sedikit sehingga perlu
dipahami agar pada saat pelaksanaannya tahap penyusunan sampai penulisan dan
berakhir pada tahap pelaporan sebuah karya ilmiah, tidak akan terjadi kemacetan
karena teknik-teknik penulisan yang belum dpahami atau masih bingung.
Daftar Pustaka
Sabarti Akhadiah, dkk. 1993. Materi Pokok Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud. hal. 171.
Sabarti Akhadiah, dkk. 1988. Pembinaan
Kemampuan Menulis. Jakarta:
Erlangga. hal. 143
Tim Penyusun. 2007. Kamus Besar
Bahasa Indonesia edisi ketiga. Jakarta
Wikipedia. Paragraf (online) http://id.wikipedia.org/wiki/Paragraf
diakses 28 Nopember 2013 jam 22:04
Zainuddin, 1992. Materi
Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia .Jakarta: Rhineka Cipta.
[1]Sabarti Akhadiah, dkk. 1988. Pembinaan
Kemampuan Menulis. Jakarta: Erlangga. hal. 143.
[2] Wikipedia. Paragraf (online)
http://id.wikipedia.org/wiki/Paragraf
diakses
28 Nopember 2013 jam 22:04
[3] Tim Penyusun, Kamus
Besar Bahasa Indonesia – edisi ketiga (Jakarta: 2007), h. 828.
[4] Sabarti Arkadiah, dkk.1988. Op cit, hal.144
[5] Sabarti Arkadiah, dkk.1988. Op cit, hal.144
[6] Sabarti Arkadiah, dkk.1988. Op cit, hal.148
[7] Sabarti Akhadiah, dkk. 1993. Materi Pokok Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud. hal. 171.
[8] Zainuddin, 1992. Materi Pokok Bahasa dan Sastra
Indonesia .Jakarta: Rhineka Cipta. hal.
46.
Posting Komentar untuk "FUNGSI PARAGRAF DALAM KARYA ILMIAH "
Silahkan memberi komentar yang positif dan membangun. Terima kasih!